PEMIKIRAN

"Jangan Ajari Baca Tulis di TK/PAUD"


Oleh :
Rohmad Suphianto (Founder Les Baca Anak Hebat)

Pengarahan dari pejabat KEMENDIKBUD seperti itu semakin sering muncul dalam forum - forum guru TK/PAUD. Tentunya kebijakan ini sudah berdasarkan pemikiran yang matang dengan pengkajian yang mendalam, termasuk mengkaji dampak - dampaknya.

Seringnya ada pengarahan seperti itu juga menyiratkan bahwa saat ini pengajaran baca tulis di TK/PAUD sudah pada tahap yang mengkhawatirkan.

Berikut beberapa dampak negatif pengajaran baca tulis di TK/PAUD :
1. Memunculkan persepsi keliru di tengah masyarakat bahwa tujuan utama ke TK adalah belajar baca tulis. Sehingga ketika anak sudah bisa membaca maka segera dimasukkan ke SD/MI meskipun usianya belum 7 tahun atau mendekati. Dampaknya akan terasa saat nanti kelas 2. Seluruh temannya sudah menjadi anak, dia baru bertransisi dari kanak-kanak.

2. Pendidikan karakter sebagai tujuan utama TK/PAUD menjadi terabaikan. Kini kita semua sudah merasakan akibatnya dengan lemahnya karakter murid-murid kita saat ini.

3. Beberapa anak mengalami trauma belajar baca. Indikatornya melihat 1 buku saja sudah malas  bahkan takut. Salah satu perbedaan anak usiapra SD dengan usia SD adalah; anak usia SD sudah punya mental "siap berbeda" dengan temannya sedangkan anak usia pra SD belum siap berbeda dengan temannya.

Ketika di TK diajari baca tulis secara klasikal maka murid yang pintar tidak menemui masalah. Sebaliknya murid yang “kurang pintar” akan merasakan masalah ; “kok aku beda dengan temanku ya..” “kok aku tidak bisa ya…” “kok aku diejek temanku ya…”. Karena kondisi seperti ini dijalani setiap hari selama 2 tahun di TK, maka dia akan marah kepada dirinya sendiri dan berkesimpulan “aku tidak bisa” “aku bodoh” “membaca itu sulit” “membaca itu momok”.

Benarkah pengajaran baca tulis saat ini menggeser pendidikan karakter di TK/PAUD ? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut dapat membantu kesimpulan kita.
1. Guru TK lebih tahu mana antara jumlah muridnya yang sudah/belum bisa baca dengan jumlah muridnya yang punya jiwa introvert/extrovert?
2. Manakah yang sekedar disisipkan: mendidik murid menjadi gemar berbagi atau mengajari baca?
3. Manakah yang tertulis jadwalnya: belajar baca atau belajar makan mandiri?
4. Manakah yang sering di "PR" kan :menulis huruf atau minta dibacakan buku dongeng oleh ortunya?
5. Manakah hiasan dinding TK yang dominan: ornamen huruf-huruf atau gambar bebek/pinguin yang sedang mengantri?

Semoga manfaat…..